Jumat, 17 Oktober 2014

Penduduk Kurang Gizi Akibat Krisis Ekonomi 1930 di Cirebon Timur

Penduduk kurang gizi di daerah Pelayangan, tenggara Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Anak kurang gizi di desa-desa di Pelayangan, tenggara dari Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Penduduk kurang gizi di daerah Pelayangan, tenggara Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Penduduk kurang gizi di daerah Tersana - Babakan, tenggara Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Ibu dan anak kurang gizi dari desa Pangenan dekat Pengarengan, tenggara dari Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Anak kurang gizi dari desa Pangenan dekat Pengarengan, tenggara dari Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Ibu dan anak kurang gizi di desa Tersana di Babakan, tenggara dari Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Anak laki-laki dan perempuan yang kekurangan gizi dari desa Tambelang, dekat pabrik gula Karang Suwung, tenggara dari Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Warga, termasuk anak-anak kurang gizi di desa Tersana di Babakan, tenggara dari Cirebon dengan mobil dari Residen Cirebon Charles Olke van der Plas, selama tur inspeksi pada masa krisis ekonomi tahun 1930-an.


Residen Cirebon, Charles Olke (II) van der Plas, bertemu dengan dua anak kurang gizi di desa Losari, tenggara Cirebon dalam perjalanan inspeksi selama krisis ekonomi tahun 1930-an


Anak laki-laki dan perempuan yang kekurangan gizi dari desa Tambelang, dekat pabrik gula Karang Suwung, tenggara dari Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.


Gadis yang kekurangan gizi di jalan di Pantai Losari, tenggara dari Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an


Penduduk kurang gizi dari desa Pangenan dekat Pengarengan, tenggara dari Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930-an.

Foto-foto berasal dari koleksi Charles Olke II van der Plas, yang menjadi Residen Cirebon pada saat itu, dan melakukan inspeksi sekitar bulan Desember tahun 1935.

Kamis, 11 September 2014

Tradisi Aturan dalam Menanak Nasi di timur Cirebon



Area kebun tebu di Karangsuwung, tenggara Cirebon tahun 1920


Di daerah sekitar timur Cirebon, pada jaman dahulu terdapat tradisi dan aturan adat pada kaum tani, bahwa apabila sedang menanak nasi maka tidak diperkenankan membuka penutup panci untuk menanak nasi tersebut dan dilarang membuka pintu dapur, sekalipun ada tamu yang mengetuk pintu. Hukum adat berupa larangan biasa dikenal dengan nama pantangan atau pamali.
Ini memang sudah menjadi kebiasaan pada orang-orang kampung yang ada di berbagai daerah di Jawa untuk menutup pintu dapur pada saat menanak nasi. Sebelum memulai memasak, segala sesuatu yang diperlukan seperti kayu bakar, air, ketel dan lain sebagainya harus sudah dibawa ke dapur.

Sebuah peralatan rumah tangga dari bambu khas Cirebon (Tenong Cepak) tahun 1910

Tenong Susun

Juru masak harus tetap berada di dapur sampai beras menjadi matang dan nasi di simpan di bakul. Bahkan, sekiranya ada tamu yang berkunjung pun boleh diabaikan seolah-olah sedang tidak berada di rumah. Sebab kalau diladeni akan timbul masalah yaitu pintu harus dibuka kembali. Tradisi lama ini dipegang teguh karena mereka takut akan konsekuensi yang akan timbul  berupa nasi yang ditanak tak juga mendidih atau menjadi beras kembali. Semua orang di desa memahami larangan ini, sehingga tidak boleh ada orang yang masuk ke dapur pada saat waktunya orang sedang menanak nasi.

Tempat nasi dari anyaman bambu khas Cirebon (Sumbul)

Hal ini dapat kita ketahui pula dari catatan R.A. Soemeri tentang legenda menanak nasi yang di muat di Jurnal Java Institut yang terbit pada tanggal 1 April 1933 dengan menggunakan bahasa Babasan. Selengkapnya catatan tersebut saya sertakan di bawah ini:

Kaki Tani Kaliyan Nini Tani

Wiwit ing jaman kina, manawi wontën tiyang tani bëtak, adatipun kori pawon dipun inëb; sanajan wontën tamu boten kénging dipun panggihi, bilih sëkul dèrèng matëng; sasampunipun matëng, manawi sëkulipun sampun dipun wadahi, sawëg purun ngëblag korinipun. Ing sadèrèngipun bëtak nyadiyakaken kajëng tuwin toya rumiyin. Punika saèstunipun niru jaman tiyang tani ing kina, awit ing jaman samantën wonten satunggiling tiyang èstri ingkang panuju bëtak, badé késah datëng lèpèn, prëlu sëné. Nini Tani wicanten datëng ingkang jalër: "Kiyai, aja wani kowé ambukak liwëtan, jaganën gëniné baé".
Sasampunipun katilar Kiyai Tani gadah panggraita makatën: "Eh, wong wadon nglarangi aku niliki liwëtan ana apa ?"
Boten dangu pun Kiyai lajëng nyobi bikak liwëtan; sarëng liwëtan dipun ungkabi, pantun ingkang sampun dados sëkul, malih dados pantun malih. Punika dipun wastani "kamanungsan". Ing jaman kina salërësipun tiyang Jawi manawi ngolah sëkul, pantun tërus dipun bëtak dalah gèdènganipun, boten mawi dipun gëntang rumiyin.
Sadaya tiyang dusun ingkang mirëng lajëng sami ajrih sangët. Pramila lajëng dipun awisi boten kénging tiyang lumëbët ing pawon ing wancinipun tiyang bëtak.
Kacariyos Nini Tani ing ngajëng sarëng wangsul saking lèpèn, kagèt sumërëp, déné sarëng sëkulipun badé dipun ëntas, taksih lëstantun dados pantun, lajëng kacariyos makatën : "O, Kiyai, wis bëgjaku, kudu saméné pastiné. Saka kumakimu dadi kowé uga këpëksa nyambut gawé. Kowé kudu nganakaké lumpang, alu, tampah, tébok".
Manut cariyosipun tiyang kina, tiyang-tiyang lajëng wiwit damël lumpang kaliyan alu, awit dèrèng wontën. Lajëng kados limrahipun jaman sapunika pantun këdah dipun gëntang rumiyin. 


Dikisahkan oleh R. A. Soemèri, Djawa: jurnal dari Java Institute, Volume 13, Nomor 2, 1 April 1933

Senin, 21 Juli 2014

AFFANDI, MAESTRO SENI LUKIS DARI CIREBON


Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di daerah Ciledug, Cirebon. Pendidikan formalnya dilalui dari HIS, MULO dan drop out AMS-B Jakarta, cukup tinggi untuk masa itu, namun bakat seninya lebih menonjol dan menuntunnya untuk menjadikannya sebagai jalan hidup. Hingga merantau ke Bandung.
Padatahun 1930-an, lebih dari tiga perempat abad yang lalu, Affandi---yang sekarang lukisannya dihargai dengan tujuh angka nol yang berderet per buah---mendiami sebuah rumah kecil, semacam rumah perumnas, di Gg. Wangsareja, Lengkong, Bandung. Rumahnya berseberangan dengan rumah pelukis reklame Turkandi. Mereka sama-sama bekerja pada Perusahaan Reklame Alpubu, milik seorang Belanda. Karya mereka yang banyak dikenal orang Bandung pada tahun tiga puluhan itu ialah patung unta raksasa, setinggi atap rumah, yang dibuat dari kayu dan kain. Menjelang dibukanya Pasar Malam Jaarbeurs di Bandung, Affandi dan kawan-kawannya sibuk bekerja, karena Alpubu mendapat banyak order untuk pembuatan stand di sana.
                                                    Potret Diri - 1938


Rumah Affandi sering diintip oleh para pemuda tanggung belasan tahun, karena katanya, di sana terdapat sebuah lukisan wanita bugil. Banyak desas-desus mengatakan bahwa model lukisan itu adalah istri Affandi sendiri. Tak heran kalau keluarga Affandi dianggap lain dari yang lain, karena pada masa itu jarang sekali wanita Nusantara yang berani memakai rok.
                                        Telanjang (Istriku Maryati) - 1940


Di Bandung pada waktu itu sudah ada sejumlah orang yang hidup dari melukis. Pada masa itu istilah pelukis atau lukisan belum banyak dikenal orang, yang ada adalah tukang gambar, ahli gambar dan gambar. Kalau mau lebih mentereng adalah istilah ‘schilder’.
Yang paling terkenal di antara mereka adalah Raden Abdullah, bangsawan seniman dari Solo, yang juga ayah pelukis Basuki Abdullah. Hasil karyanya dinilai paling mahal dan suka dipajang di etalase toko-toko megah di Jl. Braga. Namun, si pelukis sendiri lebih senang menyewa kamar di kampung, di tengah-tengah rakyat jelata. Ia melukis dengan duduk bersila di atas tikar dan jika sudah menerima uang hasil lukisannya, semua anak kecil di kampong itu ditraktirnya menonton bioskop.
Tema lukisan yang dijual pada waktu itu hamper sama semua; pemandangan alam dengan gunung dan sawah. Kekecualian hanya ada pada pelukis Adam di Gg. Saat, yang senang melukis orang, dan Kustiwa, yang senang melukis penari serimpi di atas kain beludru. Semakin mirip lukisan pemandangan dan potret itu sebagai foto berwarna ukuran besar, maka harganya semakin mahal.
Kecuali Raden Abdullah, hamper semua pelukis mempunyai penjaja yang menenteng lukisan menyusuri perumahan orang-orang Belanda, sambil berteriak menawarkan barang dagangannya, “Silderay, menir!” (Schilderij, meneer---Lukisan, tuan). Jika saat itu ada dua buah di antara seratus lukisan di beli orang Hindia Belanda, hal itu sudah luar biasa.
Hotel-hotel besar yang sering didatangi turis juga dijadikan sasaran oleh para penjaja lukisan. Namun, berdagang di situ ada risikonya. Penjaja harus pandai main kucing-kucingan, karena kalau kepergok pengawas hotel yang biasanya orang Belanda, mereka bias dipukul atau ditendang. Pengawas Hotel Preanger terkenal paling galak. Walaupun penghuni hotel sedang asyik beradu harga dengan penjaja lukisan, jika kelihatan oleh sipengawas yang galak itu, si penjaja pasti ditendang keluar. Tak heran jika ia dijuluki si Kuda.
Salah seorang penjaja lukisan itu bernama Mang Enjam. Pada suatu waktu Mang Enjam yang sudah capek mendatangi para pelukis. Ia menawarkan jasa untuk menjualkan hasil kerjanya, tapi tak ada yang memberikannya. Akhirnya ia dating kepada Affandi di Gg. Wangsareja. Affandi juga menggelengkan kepala, karena dia juga tidak memiliki persediaan lukisan yang bisa dijual.
“Kumaha upami nu ieu?” (Bagaimana kalau yang ini?) Tanya Mang Enjam pada Affandi sambil menunjuk pada lukisan berukuran 30 x 40 cm, yang terletak di sudut kamar. Yang ditunjuk itu adalah sebuah corat-coret, pelototan cat minyak, khas lukisan Sang Maestro Affandi hingga akhir hayatnya, bukan di atas kanvas, tapi di atas anyaman serat bagor.
                                                    Potret Diri - 1977


Sebelumnya Mang Enjam hanya bergumul dengan lukisan sawah, gunung, sampai-sampai dia hafal nama-nama gunung di atas kanvas itu, dari yang ada di Jawa Barat sampai keJawaTimur. Namun, sampai tutup usianya dia tidak tahu, lukisan apa yang dia tenteng dari rumah Affandi tersebut. Sebenarnya ia membawa lukisan Affandi itu hanya sekadar bukti untuk istrinya, yang mengomel terus dan mengatakan ia tidak mau berusaha mencari uang.
Sedikit pun ia tidak punya harapan untuk dapat menjual lukisan itu. Apalagi sewaktu dia bergabung dengan teman-teman seprofesinya, yang mangkal di belakang Hotel Preanger, yang menertawakan dan mencemoohkannya membawa lukisan yang ‘aneh’ itu.
Dari sana Mang Enjam dengan lesu pergi ke Jl. Braga, mangkal sendirian di depan kantor gas. Lukisan yang dibawanya itu disenderkannya pada dinding di bawah etalase yang memamerkan peralatan gas.

                                                 



                                              
                                                   Jl. Braga - Bandung

Banyak orang lalu-lalang di Jl. Braga, tetapi jarang ada yang melirik ke arah barang dagangannya itu. Kalau ada yang memperhatikannya, ia terus menatap wajah Mang Enjam. Ketika datang seorang Belanda yang tinggi besar dan rupanya tertarik pada lukisan itu, sambil mengerutkan dahinya ia menatap muka Mang Enjam seperti seorang polisi memelototi maling yang tertangkap basah. Ia lalu membentak, “Kuwe gila, ya?”
Dasar dapur Mang Enjam hari itu harus ngebul rupanya.Tiba-tiba sebuah sedan berhenti di seberang jalan, di depan Toko Mas De Concurrent. Dari jauh orang Belanda pengendara mobil itu memperhatikan lukisan yang dibawa Mang Enjam tersebut. Kemudian ia menyeberang dan mengamati lukisan itu dari dekat, lalu mundur ke pinggir trotoar.
“Berapa?” tanyanya.
Pep holden, lima perak, Tuan,” jawab Mang Enjam sambil tersenyum-senyum menunggu tawaran.
“Masukkan ke mobil, ya,” kata Belanda itu sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.
Setengah berlari Mang Enjam bergegas ke Gg. Wangsareja. Dengan terengah-engah dia berbohong, “Gan, gambar teh laku. Seringgit.” Affandi tersenyum lebar. Lebih lebar lagi senyum Mang Enjam yang dapat komisi pula seperak.
Pada tahun enam puluhan Mang Enjam sudah tidak lagi menjadi penjaja lukisan. Ia mencoba mengadu nasib dengan berdagang keris, yang dijajakannya di Pasar Baru, Jakarta.
Nasib menentukan dia dapat bertemu kembali dengan Affandi, si pelukis besar caliber internasional, yang baru pulang dari Amerika. Affandi yang selalu akrab dengan rakyat kecil tak segan-segan memeluk pedagang kaki lima itu di tengah hiruk pikuk Pasar Baru. Dengan bersungguh-sungguh Mang Enjam diajaknya menaiki sedan dan diundang untuk menginap di rumahnya di Yogya. Sambil mengucapkan terimakasih, Mang Enjam menolak dengan halus, karena ia tahu sekarang dunia Affandi sudah jauh berbeda dengan dunianya sendiri.

Seperti yang diceritakan oleh saudara sepupu Mang Enjam, M. Soearman.

Sabtu, 19 Juli 2014

Makalah Bupati Cirebon tentang Polisi Pamong Praja dan Desa pada tahun 1906

Kantor Polisi Cirebon, 1910



SALINAN

NOTA  timbangan aken memadjoeken kasantosaannja pendjagaan politie di dalem Kaboepaten Tjirebon, mitoeroet dawoeh dalem soerat apostilnja Kangdjeng Toean Assistent-Resident Tjirebon tanggal 20 Juli 1906 No. 6565/34 di atas soeratnja Kangdjeng Toean Ambtenaar in Commissie Mr. Boekhoudt tanggal 16 Juli 1906 No. 6.

Dengen segala hormat,
Saja hatoer bertaoe mitoeroet soeratnja Kangdjeng Toean Mr. Boekhoudt jang terseboet di atas alinea pengabisan terseboet djoega kita orang kaidinan aken oendjoek voorstellan jang bergoena boeat membaiken kasantosaan negri. Maka dari pada itoe di bawah ini saja oendjoek voorstellan jang bermaksoed sabegimana terseboet dalem itoe soerat, moedah moedahan bisa katimbang aken menambahi tjari daja oepaja boeat djadi kasantosaan negri. Bermoela saja perloe hatoer bertaoe dari hal kaadaannja pendjagaan perkara politie pada ini waktoe, saja poenja pendapetan koerang baik, dan tida bisa madjoe, jaitoe jang djadi sebab saja trangken di bawah ini:

A.1. Lantaran samingkin taoen di tanah Djawa samingkin tambah menarabah djiwanja orang priboemi dan orang bangsa asing, dan samingkin madjoe dari masing2 bangsa poenja kapinteran, tida sadja di dalem perkara kabaikan, aken tetapi djoega di dalem perkara kadjahatan, maka dari itoe maoe tida maoe mendjadi tambah menambah banjaknja segala perkara2 politie dan lain2 perkara.
  2. Dari lantaran jang terseboet di atas ini, maka boeat kita orang prijai bestuur (politie) tambah menambah banjaknja pakerdjaan dari kerna madjoenja segala perkara2; apa lagi penggawe politie samingkin di koerangi.
  3. Di dalem pakerdjaan kapolitiean dan bestuur sabetoelnja jang djadi patokan jaitoe koewoe dan prabot desa (dessabestuur). Saja poenja pendapetan ampir segala roepa pakerdjaan negri pokonja misti dapet katrangan dari koewoe dan prabot desa, aken tetapi sabegimana kaadaannja sekarang, kabanjakan itoe koewoe dan prabot desa teritoeng tida boleh di pertjaja di dalem kawadjibannja, jang mana lantaran ini mendjadiken tambah brat tanggoengannja para prijai.
Boleh djadi djikaloe kita orang bikin statistiek bandingan perkara politie boeat 4—5 taoen jang soedah, tida banjak bedanja, kendatipon begitoe saja poenja timbangan itoe blom boleh di anggep jang perkara politie tida tambah banjaknja; sebab lantaran koerang penggawe politie dan koewoe dengen prabot desa koerang boleh di pertjajanja maka banjak perkara politie jang tida ketaoean.
Maka dari pada itoe di bawah ini saja aken tjoba ngatoeri timbangan boeat sakadarnja memadjoeken kasantosaannja pendjagaan perkara politie.

B. Perloe sekali di masing2 district jang brat pendjagaannja perkara politie, saperti dalem ini Kaboepaten, di district2.
            Kota Tjirebon,
            Sindanglaoet,
            Losari,
            Ploembon,
            Palimanan,
            Gegesiklor,
di paringi tambah prijaji jang di bantoeken pada kepala district, aken meloeloe di boeboehken dan di kwasaken memriksa dan membikin papriksaannja, sekalian menoeroet segala katrangan dalem perkara2 politie bagian Landraad boeat sa-antero district.
Maksoednja ini, soepaja perkara bagian Landraad bisa di priksa dengen titi dan soepaja kapala2 district dan onderdistrict ada tempo boeat noelateni djalanja politie2 dalem masing2 dia poenja wengkon.
Itoe prijaji tambahan ada di bawah prentahnja dan bekerdja di dalem kantoornja kapala district; segala perkara politie, tetep tinggal tanggoengannja kepala district dan onderdistrict.
Pakerdjaannja itoe prijaji tambahan jang perloe:
1. Priksa dan daftarken segala perkara bagian Landraad di dalem itoe district;
2. djikaloe perkara dari bagian onderdistrict itoe prijaji misti dateng priksa di itoe onderdistrict;
3. djikaloe perloe, misti dateng di desa boeat menoentoet katrangan dan tjotjogken doedoeknja katjoerian dan bikin gambarnja tempat jang katjoerian;
4. sasoedahnja rampoeng itoe papriksaan lantas di kirim kapada kapala district aken di troesken ka negri di djalanken sabagimana biasa;
5. itoe prijaji di wadjibken tjari katrangan di atas segala perkara kadjahatan dan planggaran, troes di rapportken kapada kapala district.
Saja poenja ingetan itoe prijaji tambahan baik di paringi pangkat Hoofd Mantri politie, dan dari kerna itoe prijaji ada tanggoengannja dalem dia poenja pangkat dan misti pigian, pantes di paringi gadjih saboelan f 100.— dan wang djalan f 20.—
Satoe djoeroetoelis gadjih f 25. —
1. bereden oppasser dan 1 oppas politie.

C. Djikaloe di masing2 itoe district soedah ada Hoofd Mantri politie tentoe kapala district dan onderdistrict koerang pakerdjaan toelisan, aken tetapi tentoe blom tjoekoep temponja boeat bisa noelateni politie2 desa. Halnja perloe sekali politie2 desa di toelateni dengen kras dan perloe ada soeroean boeat tjari katrangan dalem perkara politie, maka dari itoe kapala district dan onderdistrict perloe masing2 di paringi 4 oppas politie jang pakerdjaannja meloeloe boeat awasken perkara politie.

D. District2 Beber dan Madirantjan boleh tetep sabegimana kaadaannja sekarang, melainken patroli2 jang ada di dalem itoe 2 district misti di tjaboet di ganti oleh oppas politie, sebab, oppas politie lebih koewat dari patroli lantaran oppas politie lebih di takoeti.

E. Djikaloe di dalem district2 soedah di adaken Hoofd Mantri politie, sabegimana jang di oendjoek di atas saja poenja timbangan pangkat Hoofd-djaksa boleh di tjaboet dan di negri tjoekoep pake satoe Djaksa dan Adjunct Djaksa. Pangkat Hoofd-djaksa boleh di tjaboet dari kerna boleh di harep djikaloe soedah ada Hoofd Mantri politie jang meloeloe mengoeroes papriksaan perkara Landraad, itoe papriksaan soedah tjoekoep, tida perloe di priksa lagi oleh Hoofddjaksa.
Djoega mantri2 politie dalem district2 :
              Tjirebon,
              Sindanglaoet,
              Losari,
              Palimanan ,
              Gegesiklor dan
patroli2 di dalem ini Kaboepaten boleh di tjaboet

F. Djikaloe saja poenja peroendjoekan di atas ini, di trima, djadi di dalem Kaboepaten Tjirebon tambah prijaji dan penggawe politie:

6  Hoofd Mantri                                                                                        @ f 120, — saboelan f 720.—
6  Djoeroetoelis                                                                                         @ f  25, — saboelan f 150.—
6  Bereden politie oppasser                                                                        @ f  20, — saboelan f 120.—
6   Oppas politie                                                                                        @ f  12, — saboelan f   72.—
76 Oppas politie boeat tambahan dalem 19 district                                      @ f  12, — saboelan f 912.—
4   Oppas politie boeat di dalem district Beber dan Mandirantjan                   @ f 12, — saboelan f  48.—
1   Adjunct Djaksa                                                                                    @ f 120, — saboelan f  120.—
                                                                                                                           ____________
Djoemblah saboelan                                                                                                   f  2142 —
Djadi satoe taoen f 25,704. —

G. Lantaran di tambah prijaji jang terseboet di atas (Letter F), maka boleh di koerangken prijaji dan penggawe politie:

1 Hoofd-djaksa                                                                      saboelan                                   ƒ 310.—
6 Mantri politie                                          @ f 50,—              saboelan                                    f 300.—
8 Bereden politie oppasser                        @ f 20,—             saboelan                                     f 160.—
4 Oppas politie                                         @ f 12,—             saboelan                                       f 48.—
118 Patroli                                                @ f 10,—             saboelan                                    f 1180.—
                                                                    Djoemblah saboelan. . . . f 1998.—
djadi satoe taoen f 23,976.—

Dari hal patroli saja itoeng 118 orang, jaitoe sebab bermoela koetika taoen 1899 di tetepken dalem Kaboepaten Tjirebon ada 118, tapi adanja sekarang tinggal 60.
Meliat saja poenja beritoengan jang terseboet di atas boeat tambah kasantosaanja negri tjoemah perloe tambah onkost: f 25704,— f 23976,— f 1728 dalem satoe taoen; dari itoe boeat saja poenja timbangan tida djadi halangan.

H. Lain dari pada jang saja oendjoeken di atas, perloe djoega saja hatoerken katrangan saperti di bawah ini:
Di atas ini dalem bagian letter A. bab ka 3 saja soedah njataken jang djadi lantaran pendjagaan perkara politie moendoer, jaitoe dari sebab kaadaannja koewoe dan prabot desa boleh di bilang tida boleh di pertjaja.
Sekalian Toean2 ambtenaar bestuur dengen prijaji2 mengatahoei jang segala pakerdjaan negri bagian bestuur atawa politie sabetoel betoelnja jang djadi patokan dan jang djadi kakoewatan jaitoe koewoe dan prabot desa.
Saja poenja pendapetan di dalem desa2 jang koewoe dengen prabot desanja kabetoelan dapet orang2 jang mengarti dan baik kalakoeannja, dengen setia, senadjan desa jang besar dan rame kliatan itoe desa ma’moer dan tengtrem.
Di dalem ini Kaboepaten tida banjak koewoe dan prabot desa jang boleh di oendjoek saperti di atas ini, kebanjakan koewoe2 jang baroe 3— 4 taoen soedah perloe misti di arrest atawa di lepas dari sebab tledornja, di atas pakerdjaan politie atawa di atas lain2 kawadjibannja.
Saja poenja timbangan ini kaadaannja koewoe dan prabot desa, tida bisa djadi baik, selamanja atoeran mengangkat djadi koewoe dan prabot desa (Staatsblad 1878 No. 47 dan Res. besluit tt. 10 December 1891 No. 7942/21 § 2), tida di robah 1).
Menoeroet itoe Staatsblad aken mendjadiken koewoe misti di pilih oleh orang banjak dan di tetepken oleh Padoeka Kangdjeng Toean Resident, djikaloe itoe candidaat tida ada katjelaannja sabegimana jang soedah di tentoeken dalem itoe Staatsblad fatsal 6 Letter b. dan c.
Boektinja sekarang, jang soedah djadi kaloembrahan orang ketjil sama sekali tida perdoeli siapa jang bakal djadi koewoe, asal sadja itoe candidaat2 banjak kloewarken wang boeat kasi makan sama dia orang atawa percent oewang di waktoe sablomnja hari pilihan, senadjan itoe candidaat orang bodo sekali atawa klakoeannja koerang loeloes, di hari pilihan tentoe itoe candidaat di pilih boeat djadi koewoe. Candidaat jang begini matjemnja soedah tentoe nanti kaloe soedah djadi koewoe lantas bikin koesoet dalem desanja, jang mana mendjadiken tambah brat tanggoengannja kepala district.
Maka dari pada itoe saja poenja ingetan, baiklah itoe Staatsblad sedikit di robah aken mendjaga djangan sampe orang ketjil pilih boeat dia poenja koewoe sembarang orang sadja.
Djoega soepaja bisa dapet prabot desa jang baik perloe § 2 dari Residents besluit tt. 10 December 1891 No. 7942/21 di robah.
Saja poenja rasa perloe fatsal 1 dari itoe Staatsblad di robah dan di tentoeken: “djikaloe ada koewoe brenti dari pakerdjaannja orang ketjil misti pilih salah satoenja prabot desa boeat ganti djadi koewoe dalem itoe desa, djikaloe dalem itoe desa ada 6 atawa lebih prabot desa; aken tetapi dalem desa jang prabot desanja koerang dari 6 boleh pilih lain orang".
Fatsal 6 dari itoe Staatsblad Letter O perloe seboetan “hoekoeman toetoep" (gevangenisstraf) di boewang, dari sebab sering2 kedjadian orang jang dapet kasalahan planggaran jang enteng sekali atawa sebab tida bisa bajar denda mendjalanken hoekoeman toetoep, di blakang kali tida bisa djadi koewoe.
Dan § 2 dari Residents besluit jang terseboet di atas perloe di tambah katentoean: „tida boleh di djadiken prabot desa, orang2 jang:
a. “minoem madat, koerang baik klakoeannja, dan orang tjalaina;
b. soedah taoe dapet hoekoeman krakal atawa dapet hoekoeman jang lebih berat itoe, sebab kedjahatan."
Djikaloe hal pilihan koewoe bisa di robah di atoer saperti jang saja oendjoeken di atas ini, saja poenja timbangan banjak pengharepan bisa dapet koewoe jang soedah biasa mendjalanken paprentahan negri dan taoe kawadjibannja pangkat koewoe atawa prabot desa, dan sakadarnja bestuur bisa toelateni kaadaannja prabot2 desa soepaja dapet orang jang tjakep.

I. Lain dari pada itoe di onderdistrict kota Tjeribon banjak koewoe2 dan prabot desa jang tida tjoekoep pengasilannja. Boeat djadi trang sekalian ini saja hatoerken satoe pertelaan menjataken desa2 jang koewoe dan prabot desa tida tjoekoep pengasilannja.
Salainnja mitoeroet itoe itoengan, halnja tambah soesahnja itoe koewoe2 dan prabot desa boeat tariknja itoe oewang dari orang ketjil.
Lantaran itoe maka dalem desa2 jang terseboet, soesah dapet orang jang pantes boeat djadi koewoe atawa prabot desa.
Maka dari itoe saja poenja permoehoenan baiklah djikaloe itoe koewoe2 dan prabot2 desa di paringi toelage dari oewang politie, di anggep saperti ini orang2 djadi spion atawa penggawe politie.

J. Orang baik2 di dalem desa2 merasa koerang senang sekali djikaloe di desanja ada orang jang soedah terkoenang koenang djahat, jaitoe orang jang soedah taoe dapet hoekoeman. Ini orang2 (koenang2 ) teritoeng mengganggoe sekali pada kasenengannja orang jang baik2, sebab kebanjakan penghidoepannja orang jang terkoenang koenang itoe, tida lain dari mentjoeri, tida di dalem desanja sadja, tetapi di lain2 desa djoega.
Itoe klakoean mentjoeri pada dia orang (koenang2 ) roepanja japerti di bikin satoe penggaotan, sebab antaranja itoe orang2 jang soedah terkoenang koenang banjak jang lebih dari 10 kali dapet hoekoeman sebab mentjoeri. Maka boeat djadi katengtremannja dalem desa dan menambah kasenengannja orang ketjil baik itoe orang2 jang soedah terkoenang koenang di bikin soesah lakoenja dalem desa2, jaitoe: misti ada atoeran jang sah, soepaja orang2 jang soedah terkoenang koenang kedjahatannja tida boleh kloewar dari desanja djikaloe tida dapet soerat katrangan dari kepala desanja. Nama2 nja semoea orang jang soedah termasoek koenang2 misti di masoeken dalem register koenang2 jang ada di dalem desa.
Semoea orang jang soedah taoe dapet hoekoeman sebab kadjahatan misti di masoeken dalem golongan orang koenang2 .
Itoe orang koenang2 di dalem desanja selaloe misti di awasken oleh politie. Orang koenang2 boleh di kloewarken namanja dari register, djikaloe koewoe dan prabot desa menerangken jang klakoeannja itoe orang soedah tida djahat.
Di atas ini saja trangken hal itoe koenang2 dengen pendek dan jang perloe sadja, niatnja soepaja kaoeningan kasoesahannja orang ketjil dalem desanja hal perkara politie.
Djikaloe bisa di atoer sa antero poelo Djawa hal ini koenang2 tentoe sekali djadi nambah kasenengannja orang ketjil.
Maka lain dari pada itoe saja soemanggaken sabegimana timbangan para pembesar.

                  Boepati Tjirebon, (w.g.) S. S. Soerja Adi Ningrat.

Tjirebon, 17 Agustus 1906

1) Makalah ini telah ditulis pada tahun 1906, jadi sebelum itu Stbl. 1907 no. 212 keluar.


Jumat, 18 Juli 2014

Artikel Bupati Cirebon Surya Adi Ningrat pada tahun 1909

Catatan di bawah ini adalah sebuah artikel yang dimuat di Jurnal untuk Pegawai Negeri Sipil pada masa kolonial Belanda tanggal 1 Januari 1909 yang dibuat oleh Bupati Cirebon pada saat itu yakni, S.S. Surya Adi Ningrat. Dalam tulisan tersebut, Bupati Surya Adi Ningrat memberikan kritikan sekaligus masukan untuk pemerintahan tentang penanganan perkara-perkara sipil seperti tentang aturan pemilihan kepala desa dan kepolisian.
Yang menarik dari artikel Bupati Surya Adi Ningrat tersebut adalah pernyataan bahwa praktik politik uang (money politics) sudah marak terjadi di Nusantara dan khususnya di wilayah Karesidenan Cirebon, bahkan dalam pemilihan kepala desa. Pada awalnya jabatan pangreh praja itu sifatnya turun-temurun kepada putra pejabat. Kemudian keluar aturan yang memberlakukan bahwa siapa saja berhak untuk menduduki jabatan pemerintahan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Bupati menyarankan agar pemilihan kepala desa diambil dari aparat desa, dengan demikian calon kepala desa adalah orang yang sudah dikenal dan mengerti tugas pemerintahan desa. Diharapkan pula dengan pola rekruetment melalui aparat yang sudah biasa bekerja di pemerintahan desa, sistem politik uang dalam pemilihan kepala desa dapat dikurangi, karena untuk menghapus sama sekali politik uang itu sangat sulit.

                                                                Logo Bupati Cirebon



Untuk lebih jelasnya, dapat dibaca artikel di bawah ini yang ditulis oleh Bupati Surya Adi Ningrat tersebut pada tahun 1909;


HAL PILIHAN KEPALA DESA DAN REORGANISATIE POLITIE.

Di dalem soerat kabar Locomotief saja batja karangannja Toean H. tjeritaken dari hal pilihan kepala desa. Di mana pengabisannja itoe karangan terseboet jang Kandjeng Toean Hasselman poenja timbangan baiklah djikaloe pilih kepala desa misti pilih antaranja prabot2 desa.
Di atas ini timbangan saja rempoeg sekali, malah koetika ada pertanjaan hal reorganisatie politie dari Kandjeng Toean Mr. Boekhoudt dalem taoen 1906, saja soedah njataken hal itoe pilihan kepala desa di dalem saja poenja nota jang di hatoerken kapada Kandjeng Toean Assistent-Resident Tjirebon. Boeat djadi trangnja sekalian ini saja njataken salinannja itoe nota.
Adapoen apa sebabnja saja rempoeg boeat pilih kepala desa melainken antara prabot2 desa, dari kerna kepala district dan Toean2 Controleur jang sedikit lama tinggal di dalem satoe Controle afdeeling jang sring ronda di desa2 kabanjakan bisa taoe satoe2 nja prabot desa. Maka itoe di waktoe pilihan kapala desa Commissie bisa toelateni apa jang di pilih itoe orang baik lakoe lampahnja dan mengarti di atas pakerdjaan nja itoe pangkat.
Tentoe perkara bli swara boeat pilih dengen ini atoeran tida sama sekali bisa tjegah, aken tetapi sekadarnja Commissie bisa tjegah djangan sampe ada orang jang sama sekali tida mengarti pakerdjaan atawa males atawa koerang baik kalakoeannja bisa terpilih djadi kepala desa. Kaadaannja sekarang Commissie sama sekali tita bisa taoe dari kaadaannja orang jang di pilih itoe.
Dari hal pilihan kepala desa sekarang soedah di robah dengen Staatsblad 1907 No. 212, aken tetapi itoe robahan tida tjoekoep boeat membaiken itoe atoeran. Maka dari itoe saja harep sekali nanti itoe atoeran pilihan kepala desa di robah sebegimana jang saja soedah trangken dalem nota hal reorganisatie politie.
Lain dari itoe saja soedah batja djoega dalem soerat2 kabar voorstelnja Kangdjeng Toean Mr. Boekhoudt, boeat tambah kasantosaan nja politie, aken tetapi sajang sekali dalem itoe voorstel hal priksaan perkara politie (voorloopig onderzoek) roepanja masih di tetepken sabegimana biasa, jaitoe misti di bikin oleh kepala2 district.
Halnja saja poenja pendapetan di district jang banjak perkara politie dan bestuur, kepala2 district tida tjoekoep temponja boeat bikin voorloopig onderzoek perkara politie dengen titi sebegimana misti. Boeat bisa dapet papriksaan jang rapih misti ada prijaji jang boeboehan nja pakerdjahan tida lain melainken priksa dan bikin proces-verbaal dari itoe perkara2. Tentoe sekali Toean2 ambtenaar dan kantja2 Boepati jang soedah taoe hal priksa perkara politie, soedah mengatahoei boeat dapet, katrangan jang tetep dari satoe2 nja saksi atawa sakitan ambil tempo banjak sekali. Kadang2 satoe saksi misti di priksa sampe doea hari boeat bisa dapet kanjataan katahoeannja itoe saksi.
Doeloe hal voorloopig onderzoek perkara politie di berboeat oleh Hoofddjaksa atawa Djaksa, kepala district melainken bikin sroepa rapport dengen pendek dari kataoean nja saksi2, aken tetapi di karesidenan Tjirebon soedah bebrapa taoen ini jang bikin voorloopig onderzoek jaitoe kepala2 district, maka pada ini waktoe boeat kapala2 district dalem saja poenja Kaboepaten tambah brat lantaran sekarang selainnja dari madjoenja perkara politie, tambah banjak pakerdjahan bestuur.
Lain dari itoe dalem itoe nota saja oendjoeken djoega dari hal pendjagaan orang2 djahat di dalem desa2. Di Kaboepaten Tjirebon itoe orang2 loembrahnja di seboet koenang2 atawa badjingan. Inilah orang2 jang sanget mengganggoe pada kasenengannja orang baik2 dalem desa2. Itoe atoeran koetika saja masih djadi Boepati di Madjalengka saja djalanken, aken tetapi sasoedahnja saja pindah di Tjirebon dan lantaran planggaran itoe atoeran di larang tida boleh di tarik di moeka Raad Kaboepaten, maka saja brentiken. Koetika masih ada itoe atoeran sakadarnja boeat orang desa mendjadiken tengtrem sebah itoe pendjahat sedikit di bikin soesah lakoenja. Lebih trangnja hal itoe atoeran terseboet dalem rapport Welvaart Commissie hal recht dan politie katja 4.
Maksoednja saja poenja karangan jang terseboet di atas tiada lain melainken boeat oendjoeken saja poenja ingetan dan pendapetan boeat tjari daja oepaja aken menambahken ka trengtreman dan karahardjan negri, soekoer sekali djikaloe ada lain orang jang taoe lebih baik di atas ini hal.
                                                                               
                                                                                                        S. S. Soerja Adi Ningrat.
                                                                                                               Boepati Tjirebon.

Selasa, 01 Juli 2014

KURA KURA BELAWA, FAUNA KHAS CIREBON


Kura-kura Belawa adalah hewan endemik Cirebon dengan nama latin Amyda cartilaginea atau dikenal juga dengan nama Aquatic Tortoise Ortilia Norneensis yang hanya berada di Desa Belawa Kecamatan Lemah Abang, yang berada pada posisi koordinat : 6 49' 52" S, 108 37' 13" E. sekitar 20 - 25 km dari kota Sumber, Cirebon, Jawa Barat, ke arah timur. Kura-kura Belawa mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan kura kura yang ada di Indonesia pada umumnya yaitu bentuk kulit tempurung yang cekung dan berwarna hitam polos serta mempunyai berat badan 50 – 100 Kg.

 Selain unik dan langka, kura-kura Belawa memiliki kisah legenda yaitu pada jaman dahulu, ada seorang pemuda yang bernama “Jaka Saliwah” Jaka berarti lelaki/ Pemuda sedangkan Saliwah berarti tidak sama (tidak satu warna ).
Wajah Jaka Saliwah terdiri dari warna putih dan hitam sebelah berwarna putih dan sebelahnya lagi berwarna hitam.
Allah telah mentakdirkan semenjak lahir Jaka berwajah dua rupa.
Betapa sedih dan pilu orang tuanya menerima kenyataan ini, namun Tuhan telah menghendakinya orang tua Jaka hanya bias berdo’a mudah-mudahan diberi ketabahan, kesabaran dan keimanan.
Juga do’a untuk bayinya mudah-mudahan menjadi anak yang sholeh berbakti kepada orang tua,berguna untuk nusa dan bangsa Iman dan Takwa kepada yang Kuasa.
Jaka Saliwah tergolong anak yang cerdas semenjak kecil ia sudah di didik ilmu agama giat bekerja dan menjadi suri tauladan teman-teman sebayanya.
Ketidak samaan warna muka tidak menjadi penghalang dan renda diri tetapi Jaka Saliwah selalu ceria..
Usia makin dewasa mulailah Jaka Saliwah merassa rendah diri apalagi kalau ada teman sebayanya memperolok-olok, kata cemoohandan kadang mereka diluar batas kesopanan.
Lama-lama ia merasa didsisihkan, dia menjadi anak yang murung . Ia sering menyendiri di dalam kamar. Wajah yang semula cerria kini mulai selalu murung/
Enggang bergaul dengan teman-temanya . Ia jarang keluar rumah lebih baik mengurung diri, itulah pekerjaan Jaka Saliwah saat itu.
Kedua orang tuanya selalu membesarkan hati sang anak,namun Jaka saliwah selalu membisu seribu basa. Tak pernah memberi jawaban apa yang ia pikirkan
Kedua orang tua selalu kebingungan ihtiar apa yang harus dilakukan, mereka mencari orang yang mengerti dan bisa menunjukan kemana mereka harus meneima saran dan pendapat.
Akhirnya ada seorang yang mengatakan coba-coba kesana ada seorang yang dianggap sakti dan memiliki ilmu yang tinggi.
Beliau berada di Cidayeuh/ Cikuya sekarang di sana ada orang yang dianggap pemuka agama dan mempunyai banyak santri, beliau bernama “Syeh Datuk Putih“.


Syeh Datuk Putih mengajarkan agama islam walaupun waktu itu hanya sebagian kecil saja, sebab penduduk Desa Belawa waktu itu telah memeluk suatu kepercayaan ke pohon yang besar , ke batu-batu dan sebagainya atau penganut Animisme.
Sedikit demi sedikit Syeh datuk Putih berhasil menanamkan ajaran-ajaran Islam. Dengan mengucapkan Dua kalimat Syahadat.
Jaka Saliwah akhirnya atas keinginan sendiri dan nasihat orang tuanya ia berangkat dari rumahnya diiringi dengan do’a kedua orang tuanya.
Jalan yang ditempuh tidaklah mudah tebing yang terjal dan mendakki tidaklah jadi penghalang Jaka Saliwah.
Walau kakinya sudah terlalu lelah badannya sudah terlalu payah, tapi kalau dengan keteguhan hati , ia terus berjalan dan terus berjalan. Akhirnya sampailah di tempat tujuan di Desa Belawa.
Langkah yang sudah lemah bersemangat kembali setelah kakinya mulai melangkah ke tempat di mana Syeh datuk Putih berada.


Jaka Saliwah memasuki lokasi perguruan dan ia langsung memberi salam : "Assalamualaikum Wr. Wb"
Waalaikum salam jawab para santri dan Syeh datuk Putih. Silahkan masuk anaku. Ucap Syeh Datuk putih Jaka Saliwah masuk dan langsung berjabatan tangan pertama kepada Syeh Datuk Putih selanjutnya ke para santri yang ada di sana.
Jaka Saliwah agak juga ada rendah diri tatkala para santri menatap muikanya yanga ada kelainan itunamun ia berusaha tabah dan percaya diri.Subhan Allah mudah-mudahan saya diberi ketabahan.
Mudah-mudahan Allah akan memberikan Hidayahnya kepada hambanya yang begini keadaanya.
Syeh Datuk putih memakluminya Jaka Saliwah yang baru hadir ini pun disana tapi ia belajar mengaji disini.
Jaka Saliwah menceritakan masalah dirinya dari awal sampai akhir, upaya yang sudah dilakukan orang tuanya kesana kemari untuk menyembuhkan wajahnya yang dua rupa (warna) selalu mendapat kegagalan.
Mohon dengan hormat kepada guru / Syeh Datuk Putih bisa menyembuhkanya . Wajahku sama dengan yang lain.
Syeh Datuk Putih mendengar pernyataan Jaka Saliwah Beliau hanya mengangguk anggukan kepala.
Lama-lama beliau bersabda : “Jaka Saliwah itu sudah suratan takdir Illahi kita hanya bisa terima dengan keikhlasan namun Allah Maha Kuasa Allah Maha Pengasih dan Penyayang“.
Allah akan memberikan/ mengabulkan Do’a kita andaikan tak henti-hentinya kita memohon dan berdo’a.
Allah akan memberikan muzi’zat kalau Allah menghendakinya.


Maka dari itu Jaka Saliwah rajinlah engkau membaca Ayat Suci Alqur’an, shalat malam,berzikir dan berpuasa mudah-mudahan do’amu akan terkabul dan mulai sekarang engaku harus memulainya.
Tuh disana diatas pelataran batu / wadas yang rata dekat sumur kecil dipinggir kolam.
Jalan kan perintah ini baik-baik dan diiringi rassa ikhlas berserah diri kepada Illahi.
Juga Bapak selaku pembina di sini akan ikut membantu agar keinginanmu terkabul.Amiiin.
Jaka Saliwah selalu menurut atas perintah Syeh Datuk Putih rajin Sholat Fardu juga sholat sunnah, baca Alqur’an dan berzkir.
Berhai-hari, berminggu-minggu dan dari bulan ke bulan dilakoninya. Namun perubahan kulit mukanya belum ada tanda-tanda perubahan.
Ia selalu menatap wajahnya di atas permukaan air sumur dekat batu temapat ia berzikir belum membuahkan hasil.
Hampir Jaka Saliwah putus asa lebih baik aku “mati“ dari pada seumur hidup jadi tontonan orang, jadi cemoohan anak-anak dan tak terasa air matanya membasahi pipi.
Ya Allah apa yang harus dilakukan ya Allah
Hanya Engkaulah yang yang aka memberikan hidayah kepada hambanya.
Ya Allah sembuhkanlah saya ! Ya Allah sembuhkanlah saya. Ya Allah mulutnya komat-kamit menahan sedih.
Dia duduk bersimpuh berdo’a dan berdo’a
Dia pasrah diri linangan air mata terus membasahi kedua belah pipinya
Dan dengan air mata yang berlinang-linang ia raih kiab suci Alqur’an yang ada di depan lutunya. Pendek kata timbulah rasa gundah gulana dan rasa marah dan kesal yang semula kitab suci yang jadi panuan menjadi benda yang sangat di benci karena kecewa keiinginnya tidak terkabulkan.

Jaka saliwah tidak sadar lembaran ayat suci Alqur’an ia sobek-sobek menjadi puluhan ratusan sobekan dan ia remas-remas dan dengan hati yang jengkel ia lemparkan ke kolam yang jernih airnya.
Sobekan kertas ayat suci Alqur’an bagai perahu yang sedang berlayar di lautan di tiup angin sumilir bagai perahu kecil melaju ke timur, barat ke utara dan seterusnya.
Jaka Saliwah menangis meratapi dirinya dan dia menutup mukanya dengan kedua belah tangannya.
Berilah saya muzizat ya Allah hanya kepadamulah aku memohon.
Dan apa yang terjadi dia bangun melangkahkan kakinya untuk pulang ke desanya, tetapi ia merasa aneh kertas yang tadi terapung dipermukaan air kolam tidak ada satu pun dan yang dia lihat di atas air berpuluh-puluh hewan-hewan kecil berenang suka ria kesana kemari.
Jaka Saliwah merasa takjub oh mungkin hewan ini berasal dari sobekan kertas dari lembaran Qur,an yang saya lemparkan tadi. Kalau begitu hewan-hewan yang kecil-kecil ini di beri nama “Kura-kura , sebab Allah telah menciptakan dari sobekan Qur’an.
Jaka Saliwah lalu berdiri dan dia melihat wajahnya di permukaan air, ia merasa kaget. Alhamdulillah ya Allah mukaku tidak dua warna lagi , mukaku sekarang seperti temen-teman yang lain.
Langsung Jaka Saliwah sujud syukur Ya Allah“ Kauniamu“ begitu besar Alhamdulillah segala do’a ku telah terkabul.
Itulah akhir dari riwayat Cikuya


Habitat Kura-kura Belawa adalah di perairan tawar terutama di daerah pegunungan. Untuk hidup sehari-hari ia lebih menyukai hidup di air yang berlumpur, namun untuk perkembangbiakannya ia bertelur di darat.
Keberadaan Kura-kura Belawa selama ini dilindungi oleh mitos yaitu barangsiapa yang membawa Kura-kura Belawa keluar dari Desa Belawa, maka akan mendapat musibah. Sedangkan untuk menjaga kelestarian Kura-kura Belawa, Pemerintah Kabupaten Cirebon telah mengeluarkan Surat Keputusan Bupati No. 522.51 Tahun 1993 Tentang Flora dan Fauna Khas Cirebon dan Peraturan Daerah No. 13 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang didalamnya menetapkan Desa Belawa sebagai kawasan Suaka Margasatwa. Dan berdasarkan SK Bupati tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Dinas Pariwisata dan Taman Safari Indonesia untuk memfasilitasi usaha pelestarian Kura-kura Belawa, diantaranya: pembenahan dan pembuatan tembok keliling kolam pemeliharaan, mengadakan penelitian ilmiah tentang Kura-kura Belawa, studi banding untuk usaha penangkaran dan lain sebagainya.
Namun sejak bulan Februari 2010, banyak Kura-kura Belawa yang mati secara tiba tiba. Lebih dari 300 ekor kura-kura belawa mati secara bertahap. Tak hanya tukik, kura-kura dewasa bahkan kura-kura raksasa tak bisa bertahan hidup. Enam diantaranya merupakan kura-kura yang berusia 100 hingga 150 tahun. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon bekerjasama dengan Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon melakukan kunjungan lapang dan mengambil sampel Kura-kura Belawa yang sakit untuk diperiksa secara laboratoris.
Dari pengamatan gejala klinis di lapangan, diketahui bahwa tempurung  berlubang, luka (borok) dan terdapat bercak merah pada tubuh serta tidak mau makan.
Setelah dilakukan pemeriksaan secara laboratoris, di deteksi terdapat jamur jenis Saprolegnia sp dan Bakteri jenis Edwardsiella tarda (HPIK golongan II) dan Aeromonas veronii

Dapat dilihat gejala klinis pada gambar sebagai berikut:


Gb 1. Lubang pada tempurung.                  Gb 2.Luka pada tubuh.
Gb 3.Borok pada kaki.                                Gb 4. Hati berwarna pucat.
Gb 5. Kura kura yang mati dan diawetkan  Gb 6. Kura kura yang berumur ratusan tahun.

 Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoris tersebut, maka Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon telah merekomendasikan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon berupa :

· Memperbaiki manajemen kualitas air pemeliharaan dengan cara men-treatment air sebelum masuk ke kolam pemeliharaan
· Melakukan pengelolaan kesehatan Kura-kura Belawa dengan pemberian Vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh (kekebalan) dan melakukan karantina terhadap Kura-kura Belawa yang sakit
·  Melakukan pengeringan dan pengapuran pada kolam pemeliharaan.

Upaya penyelamatan fauna khas Cirebon ini telah dilakukan secara optimal oleh berbagai pihak terkait termasuk oleh masyarakat sekitar. Sampai tanggal 27 Maret 201, Kura-kura Belawa yang sedang dikarantina oleh masyarakat setempat di kolam pemeliharaan yang lain hanya berjumlah 12 ekor untuk ukuran dewasa, tukik sekitar 50 ekor dan telur sekitar 45 butir.
 Harapan semua pihak semoga Kura-kura Belawa yang masih tersisa dapat terus hidup agar kelestariannya dapat tetap terjaga dan keberadaannya sebagai fauna khas Cirebon tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

 

Berdasarkan berita Antara  Jawa Barat pada tanggal 13 Januari 2014 disebutkan:
Antarajawabarat.com,13/1 - Pelestarian kura-kura Belawa terus diupayakan oleh warga Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, akibat jumlahnya semakin berkurang.
"Pelestarian kura-kura di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus berkurang setelah terserang penyakit mematikan," kata Dayat salah seorang penjaga kolam kura-kura Belawa di Cirebon, Minggu.
Dikatakannya, sebelumnya jumlah kura-kura Belawa sekitar 1000 ekor, bahkan ada yang berusia diatas 100 tahun, akibat serangan jamur kini tersisa 200 ekor.
Ia menambahkan, pelestarian kura-kura diharapkan bisa mengembalikan kehidupan mereka, selain itu jumlahnya kembali stabil sehingga mampu mendongkrak wisatawan.
Berkurangnya jumlah kura-kura, kata dia, pengunjung kolam Belawa menurun, padahal hewan tersebut kebanggan masyarakat Kabupaten Cirebon karena sudah dipeliharan ratusan tahun.
Sementara itu Hasan salah seorang pengunjung di tempat wisata kolam kura-kura Belawa mengaku, jumlah kura-kura semakin berkurang, sehingga kurang menarik perhatian pengunjung.
"Pelestarian kura-kura diharapkan bisa mengambalikan populasi mereka, sehingga tempat wisata di Kabupaten Cirebon tersebut tetap menjadi perhatian,"katanya.
  Menurut salah seorang pengurus di objek wisata tersebut, Dayat (40), jumlah pengunjung yang melancong ke objek wisata tersebut tidak lebih dari 25 orang dalam satu pekan. Kondisi tersebut sangat berbeda jauh dengan kondisi sebelum 2010 yang mampu menyedot pengunjung hingga ratusan orang dalam satu pekan.
“Kalau sekarang pengunjungnya sepi, beda sebelum kejadian 2010 lalu. Bisa dilihat, saat akhir pekan saja pengunjung bisa dihitung dengan jari, jarang sekali rombongan hanya beberapa motor yang terparkir. Sangat diperlukan sekali perhatian pemerintah berupa promosi objek wisata kura-kura yang hanya terdapat di Desa Belawa ini. Kura-kura ini kan setidaknya menjadi ciri khas Cirebon,” ungkap Dayat saat ditemui di objek wisata Kura-kura Belawa, Desa Belawa Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, Minggu (15/7).
Padahal, dikatakan Dayat, jarak dari pusat Kabupaten Cirebon ke objek wisata tersebut hanya sekitar 20 kilometer atau bisa ditempuh sekitar 1,5 jam menggunakan sepeda motor dengan kecepatan normal. Saat disinggung mengenai tarif yang dipatok pengelola kepada setiap pengunjung, diungkapkan Dayat, pengunjung hanya dikenakan tiket masuk sebesar Rp 2.000. Akan tetapi, dari besaran tarif tersebut, pengunjung seakan masih merasa keberatan.
“Banyak pengunjung yang seakan ngedumel (ngomel) datang ke objek wisata ini hanya melihat air dalam kolam saja, seakan tidak ada kura-kura langka yang digembor-gemborkan. Padahal, kura-kura Belawa itu memang ada di sini,” katanya.
Diakui pula oleh pengunjung yang ditemui di lokasi objek wisata, Johari (27). Dirinya merasa kecewa tidak bisa melihat kura-kura langka yang menjadi ciri khas Cirebon itu. “Mungkin jumlahnya yang sedikit, jadi tidak bisa sewaktu-waktu kita melihat kura-kura ini. Kalau dulu kan saat jumlahnya masih banyak, sewaktu-waktu kita bisa melihat kura-kura jenis ini,” katanya.
Namun, untuk mengurangi rasa kekecewaannya itu, Johari yang saat itu berkunjung bersama keluarganya mengunjungi Museum Kura-kura Belawa yang masih terletak di dalam kompleks objek wisata. Di museum kura-kura Belawa itu, pengunjung bisa melihat kura-kura Belawa yang berhasil diawetkan. Dengan demikian, pengunjung masih bisa melihat fisik kura-kura Belawa secara nyata. “Untungnya ada museum kura-kura Belawa, jadi kita bisa mengetahui fisik kura-kura ini,” ungkap Johari.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kura-kura Belawa adalah hewan endemik Cirebon. Kura-kura Belawa mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kura-kura yang ada di Indonesia pada umumnya. Membedakan usia kura-kura ini mampu dilihat dari warna tempurungnya. Kura-kura yang berusia kurang dari 40 tahun, tempurungnya keabu-abuan. Sedangkan kura-kura yang berumur lebih dari 40 tahun, kulitnya hitam polos dengan tempurung cekung. Berat kura-kura pada usia ini bisa
mencapai 15 hingga 50 kilogram.

Ciri fisik lainnya yang paling menonjol dari kura-kura ini yakni kura-kura ini mempunyai moncong hidung yang panjang. Maka, tidak salah apabila kura-kura ini disebut-sebut sebagai kura-kura yang mempunyai indera penciuman yang tajam.
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=290&lang=id
https://www.facebook.com/permalink.php?id=350783455037765&story_fbid=350832428366201
http://www.pikiran-rakyat.com/node/196041