Jumat, 30 Mei 2014

Kisah Raja dan Putra Mahkota

Raja Cerbon selama memerintah dikelilingi oleh para penjilat dan penghasut. Setiap senyum yang ia temui rasanya seperti menyimpan kebencian. Ia tak bisa mempercayai siapa pun di istana, kecuali sang putra mahkota yang ia cintai lebih dari hidupnya sendiri. Pemuda ini pun bisa mencium bahaya di istana, dan pada suatu hari ia berkata kepada ayahnya, "Ayahanda, mari kita pura-pura bertengkar dan kita tunjukkan pertengkaran kita terang-terangan. Pada saat itu, mereka yang diam-diam membenci dan ingin menghancurkanmu pasti akan segera menarikku dalam rencana mereka."
Sang ayah awalnya merasa ragu, melihat betapa bahayanya hal ini bagi si anak. Tapi si anak bersikeras dan akhirnya sang Raja menyetujui. Di hadapan banyak pejabat istana, sang Raja dan putranya mulai bertengkar dan saling berteriak. Tapi tak ada seorang pun yang mendekati putranya karena ia memang dikenal amat mencintai ayahnya.
Putra mahkota berkata, "Ayahanda, penjarakanlah aku agar para penghasut berpikir bahwa pertengkaran kita memang sungguhan. Barangkali saja pada saat itu mereka akan membuka kedok mereka padaku."
Lagi-lagi sang Raja ragu, karena ia jelas tak ingin melihat anaknya dipenjara. Tapi sekali lagi si anak berkeras dan sang Raja akhirnya luluh. Setelah beberapa bulan mendekam di penjara, si anak mengirimkan sepucuk surat rahasia padanya.
'Ayahanda, tak ada yang percaya kalau pertengkaran kita sungguhan. Jatuhkanlah hukuman yang mengerikan buatku agar mereka lebih yakin. Suruh para prajurit Ayah untuk mencambuk dan menghukum mati diriku. Dengan begini, para pembenci Ayah pasti akan segera membelaku.'
Ketika Raja menerima pesan tersebut, ia memekik ngeri. "Bagaimana mungkin kulakukan hal ini?"
Beberapa bulan berlalu, si anak tetap merana di penjara sementara sang Raja masih ragu untuk menjatuhkan hukuman. Akhirnya, si anak mengirim pesan lagi pada sang Raja, "Jika Ayahanda tak segera memerintahkan agar aku dihukum cambuk, maka sia-sialah penderitaanku selama ini. Segera jatuhkan hukuman. Jangan sampai kelembekan hati Ayah terhadapku malah jadi penghalang."
Sekali lagi sang ayah terpaksa menuruti kemauan anaknya dan menjatuhkan hukuman. Segera saja para pembenci sang Raja bergabung membela putra mahkota. Setelah bebas, sang putra mahkota mengumumkan pemberontakan secara terbuka; ia berjanji untuk menggantikan posisi ayahnya.
Rakyat tentu saja mengutuk habis-habisan si anak; tapi seluruh musuh sang Raja, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi dengan bersemangat menjilat si anak. Sementara itu, si anak juga tak putusnya mengirimkan pesan rahasia dan membeberkan segalanya pada sang Raja. Dengan demikian, si anak berhasil melindungi ayahnya sekaligus merontokkan kekuatan oposisi.
Rakyat yang mencintai sang Raja dengan segera membenci si anak, tanpa sama sekali mengetahui duduk perkara sebenarnya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar