Senin, 21 Juli 2014

AFFANDI, MAESTRO SENI LUKIS DARI CIREBON


Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di daerah Ciledug, Cirebon. Pendidikan formalnya dilalui dari HIS, MULO dan drop out AMS-B Jakarta, cukup tinggi untuk masa itu, namun bakat seninya lebih menonjol dan menuntunnya untuk menjadikannya sebagai jalan hidup. Hingga merantau ke Bandung.
Padatahun 1930-an, lebih dari tiga perempat abad yang lalu, Affandi---yang sekarang lukisannya dihargai dengan tujuh angka nol yang berderet per buah---mendiami sebuah rumah kecil, semacam rumah perumnas, di Gg. Wangsareja, Lengkong, Bandung. Rumahnya berseberangan dengan rumah pelukis reklame Turkandi. Mereka sama-sama bekerja pada Perusahaan Reklame Alpubu, milik seorang Belanda. Karya mereka yang banyak dikenal orang Bandung pada tahun tiga puluhan itu ialah patung unta raksasa, setinggi atap rumah, yang dibuat dari kayu dan kain. Menjelang dibukanya Pasar Malam Jaarbeurs di Bandung, Affandi dan kawan-kawannya sibuk bekerja, karena Alpubu mendapat banyak order untuk pembuatan stand di sana.
                                                    Potret Diri - 1938


Rumah Affandi sering diintip oleh para pemuda tanggung belasan tahun, karena katanya, di sana terdapat sebuah lukisan wanita bugil. Banyak desas-desus mengatakan bahwa model lukisan itu adalah istri Affandi sendiri. Tak heran kalau keluarga Affandi dianggap lain dari yang lain, karena pada masa itu jarang sekali wanita Nusantara yang berani memakai rok.
                                        Telanjang (Istriku Maryati) - 1940


Di Bandung pada waktu itu sudah ada sejumlah orang yang hidup dari melukis. Pada masa itu istilah pelukis atau lukisan belum banyak dikenal orang, yang ada adalah tukang gambar, ahli gambar dan gambar. Kalau mau lebih mentereng adalah istilah ‘schilder’.
Yang paling terkenal di antara mereka adalah Raden Abdullah, bangsawan seniman dari Solo, yang juga ayah pelukis Basuki Abdullah. Hasil karyanya dinilai paling mahal dan suka dipajang di etalase toko-toko megah di Jl. Braga. Namun, si pelukis sendiri lebih senang menyewa kamar di kampung, di tengah-tengah rakyat jelata. Ia melukis dengan duduk bersila di atas tikar dan jika sudah menerima uang hasil lukisannya, semua anak kecil di kampong itu ditraktirnya menonton bioskop.
Tema lukisan yang dijual pada waktu itu hamper sama semua; pemandangan alam dengan gunung dan sawah. Kekecualian hanya ada pada pelukis Adam di Gg. Saat, yang senang melukis orang, dan Kustiwa, yang senang melukis penari serimpi di atas kain beludru. Semakin mirip lukisan pemandangan dan potret itu sebagai foto berwarna ukuran besar, maka harganya semakin mahal.
Kecuali Raden Abdullah, hamper semua pelukis mempunyai penjaja yang menenteng lukisan menyusuri perumahan orang-orang Belanda, sambil berteriak menawarkan barang dagangannya, “Silderay, menir!” (Schilderij, meneer---Lukisan, tuan). Jika saat itu ada dua buah di antara seratus lukisan di beli orang Hindia Belanda, hal itu sudah luar biasa.
Hotel-hotel besar yang sering didatangi turis juga dijadikan sasaran oleh para penjaja lukisan. Namun, berdagang di situ ada risikonya. Penjaja harus pandai main kucing-kucingan, karena kalau kepergok pengawas hotel yang biasanya orang Belanda, mereka bias dipukul atau ditendang. Pengawas Hotel Preanger terkenal paling galak. Walaupun penghuni hotel sedang asyik beradu harga dengan penjaja lukisan, jika kelihatan oleh sipengawas yang galak itu, si penjaja pasti ditendang keluar. Tak heran jika ia dijuluki si Kuda.
Salah seorang penjaja lukisan itu bernama Mang Enjam. Pada suatu waktu Mang Enjam yang sudah capek mendatangi para pelukis. Ia menawarkan jasa untuk menjualkan hasil kerjanya, tapi tak ada yang memberikannya. Akhirnya ia dating kepada Affandi di Gg. Wangsareja. Affandi juga menggelengkan kepala, karena dia juga tidak memiliki persediaan lukisan yang bisa dijual.
“Kumaha upami nu ieu?” (Bagaimana kalau yang ini?) Tanya Mang Enjam pada Affandi sambil menunjuk pada lukisan berukuran 30 x 40 cm, yang terletak di sudut kamar. Yang ditunjuk itu adalah sebuah corat-coret, pelototan cat minyak, khas lukisan Sang Maestro Affandi hingga akhir hayatnya, bukan di atas kanvas, tapi di atas anyaman serat bagor.
                                                    Potret Diri - 1977


Sebelumnya Mang Enjam hanya bergumul dengan lukisan sawah, gunung, sampai-sampai dia hafal nama-nama gunung di atas kanvas itu, dari yang ada di Jawa Barat sampai keJawaTimur. Namun, sampai tutup usianya dia tidak tahu, lukisan apa yang dia tenteng dari rumah Affandi tersebut. Sebenarnya ia membawa lukisan Affandi itu hanya sekadar bukti untuk istrinya, yang mengomel terus dan mengatakan ia tidak mau berusaha mencari uang.
Sedikit pun ia tidak punya harapan untuk dapat menjual lukisan itu. Apalagi sewaktu dia bergabung dengan teman-teman seprofesinya, yang mangkal di belakang Hotel Preanger, yang menertawakan dan mencemoohkannya membawa lukisan yang ‘aneh’ itu.
Dari sana Mang Enjam dengan lesu pergi ke Jl. Braga, mangkal sendirian di depan kantor gas. Lukisan yang dibawanya itu disenderkannya pada dinding di bawah etalase yang memamerkan peralatan gas.

                                                 



                                              
                                                   Jl. Braga - Bandung

Banyak orang lalu-lalang di Jl. Braga, tetapi jarang ada yang melirik ke arah barang dagangannya itu. Kalau ada yang memperhatikannya, ia terus menatap wajah Mang Enjam. Ketika datang seorang Belanda yang tinggi besar dan rupanya tertarik pada lukisan itu, sambil mengerutkan dahinya ia menatap muka Mang Enjam seperti seorang polisi memelototi maling yang tertangkap basah. Ia lalu membentak, “Kuwe gila, ya?”
Dasar dapur Mang Enjam hari itu harus ngebul rupanya.Tiba-tiba sebuah sedan berhenti di seberang jalan, di depan Toko Mas De Concurrent. Dari jauh orang Belanda pengendara mobil itu memperhatikan lukisan yang dibawa Mang Enjam tersebut. Kemudian ia menyeberang dan mengamati lukisan itu dari dekat, lalu mundur ke pinggir trotoar.
“Berapa?” tanyanya.
Pep holden, lima perak, Tuan,” jawab Mang Enjam sambil tersenyum-senyum menunggu tawaran.
“Masukkan ke mobil, ya,” kata Belanda itu sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.
Setengah berlari Mang Enjam bergegas ke Gg. Wangsareja. Dengan terengah-engah dia berbohong, “Gan, gambar teh laku. Seringgit.” Affandi tersenyum lebar. Lebih lebar lagi senyum Mang Enjam yang dapat komisi pula seperak.
Pada tahun enam puluhan Mang Enjam sudah tidak lagi menjadi penjaja lukisan. Ia mencoba mengadu nasib dengan berdagang keris, yang dijajakannya di Pasar Baru, Jakarta.
Nasib menentukan dia dapat bertemu kembali dengan Affandi, si pelukis besar caliber internasional, yang baru pulang dari Amerika. Affandi yang selalu akrab dengan rakyat kecil tak segan-segan memeluk pedagang kaki lima itu di tengah hiruk pikuk Pasar Baru. Dengan bersungguh-sungguh Mang Enjam diajaknya menaiki sedan dan diundang untuk menginap di rumahnya di Yogya. Sambil mengucapkan terimakasih, Mang Enjam menolak dengan halus, karena ia tahu sekarang dunia Affandi sudah jauh berbeda dengan dunianya sendiri.

Seperti yang diceritakan oleh saudara sepupu Mang Enjam, M. Soearman.

1 komentar:

  1. ituDewa Poker Domino QQ | Ceme Judi Domino QQ | Agen Domino QQ | Domino QQ Online | Agen Poker | Judi Poker | Poker Online | Agen OMAHA | Agen Super Ten | BlackJack

    PROMO SPESIAL GEBYAR BULANAN ITUDEWA. KUMPULKAN TURNOVER SEBANYAK-BANYAKNYA DAN DAPATKAN HADIAH YANG FANTASTIS DARI ITUDEWA.

    MAINKAN DAN MENANGKAN HADIAH TOTAL RATUSAN JUTA, TANPA DI UNDI SETIAP BULANNYA!

    ? DAIHATSU ALYA 1.0 D MANUAL ( Senilai Rp.100.000.000,- )
    ? New Yamaha Vixion 150 ( Senilai Rp.25.340.000,- )
    ? Emas Antam 10 Gram ( Senilai Rp.10.160.000,- )
    ? Free Chips 1.500.000
    ? Free Chips 1.000.000
    ? Free Chips 250.000

    SYARAT DAN KETENTUAN : KLIK DISINI

    DAFTARKAN DIRI ANDA SEGERA : DAFTAR ITUDEWA

    1 ID untuk 7 Game Permainan yang disediakan oleh Situs ituDewa

    => Bonus Cashback 0.3%
    => Bonus Refferal 20% (dibagikan setiap Minggunya seumur hidup)
    => Bonus UPLINE REFERRAL UP TO 100.000!
    => Bonus New Member 10%
    => Customer Service 24 Jam Nonstop
    => Support 7 Bank Lokal Indonesia (BCA, BNI, BRI, Mandiri, Danamon, Cimb Niaga, Permata Bank)

    • Deposit Via Pulsa, OVO & GOPAY
    • Pusat Bantuan ituDewa

    Facebook : ituDewa Club
    Line: ituDewa
    WeChat : OfficialituDewa
    Telp / WA : +85561809401
    Livechat : ituDewa Livechat

    BalasHapus