Selasa, 01 Juli 2014

KURA KURA BELAWA, FAUNA KHAS CIREBON


Kura-kura Belawa adalah hewan endemik Cirebon dengan nama latin Amyda cartilaginea atau dikenal juga dengan nama Aquatic Tortoise Ortilia Norneensis yang hanya berada di Desa Belawa Kecamatan Lemah Abang, yang berada pada posisi koordinat : 6 49' 52" S, 108 37' 13" E. sekitar 20 - 25 km dari kota Sumber, Cirebon, Jawa Barat, ke arah timur. Kura-kura Belawa mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan kura kura yang ada di Indonesia pada umumnya yaitu bentuk kulit tempurung yang cekung dan berwarna hitam polos serta mempunyai berat badan 50 – 100 Kg.

 Selain unik dan langka, kura-kura Belawa memiliki kisah legenda yaitu pada jaman dahulu, ada seorang pemuda yang bernama “Jaka Saliwah” Jaka berarti lelaki/ Pemuda sedangkan Saliwah berarti tidak sama (tidak satu warna ).
Wajah Jaka Saliwah terdiri dari warna putih dan hitam sebelah berwarna putih dan sebelahnya lagi berwarna hitam.
Allah telah mentakdirkan semenjak lahir Jaka berwajah dua rupa.
Betapa sedih dan pilu orang tuanya menerima kenyataan ini, namun Tuhan telah menghendakinya orang tua Jaka hanya bias berdo’a mudah-mudahan diberi ketabahan, kesabaran dan keimanan.
Juga do’a untuk bayinya mudah-mudahan menjadi anak yang sholeh berbakti kepada orang tua,berguna untuk nusa dan bangsa Iman dan Takwa kepada yang Kuasa.
Jaka Saliwah tergolong anak yang cerdas semenjak kecil ia sudah di didik ilmu agama giat bekerja dan menjadi suri tauladan teman-teman sebayanya.
Ketidak samaan warna muka tidak menjadi penghalang dan renda diri tetapi Jaka Saliwah selalu ceria..
Usia makin dewasa mulailah Jaka Saliwah merassa rendah diri apalagi kalau ada teman sebayanya memperolok-olok, kata cemoohandan kadang mereka diluar batas kesopanan.
Lama-lama ia merasa didsisihkan, dia menjadi anak yang murung . Ia sering menyendiri di dalam kamar. Wajah yang semula cerria kini mulai selalu murung/
Enggang bergaul dengan teman-temanya . Ia jarang keluar rumah lebih baik mengurung diri, itulah pekerjaan Jaka Saliwah saat itu.
Kedua orang tuanya selalu membesarkan hati sang anak,namun Jaka saliwah selalu membisu seribu basa. Tak pernah memberi jawaban apa yang ia pikirkan
Kedua orang tua selalu kebingungan ihtiar apa yang harus dilakukan, mereka mencari orang yang mengerti dan bisa menunjukan kemana mereka harus meneima saran dan pendapat.
Akhirnya ada seorang yang mengatakan coba-coba kesana ada seorang yang dianggap sakti dan memiliki ilmu yang tinggi.
Beliau berada di Cidayeuh/ Cikuya sekarang di sana ada orang yang dianggap pemuka agama dan mempunyai banyak santri, beliau bernama “Syeh Datuk Putih“.


Syeh Datuk Putih mengajarkan agama islam walaupun waktu itu hanya sebagian kecil saja, sebab penduduk Desa Belawa waktu itu telah memeluk suatu kepercayaan ke pohon yang besar , ke batu-batu dan sebagainya atau penganut Animisme.
Sedikit demi sedikit Syeh datuk Putih berhasil menanamkan ajaran-ajaran Islam. Dengan mengucapkan Dua kalimat Syahadat.
Jaka Saliwah akhirnya atas keinginan sendiri dan nasihat orang tuanya ia berangkat dari rumahnya diiringi dengan do’a kedua orang tuanya.
Jalan yang ditempuh tidaklah mudah tebing yang terjal dan mendakki tidaklah jadi penghalang Jaka Saliwah.
Walau kakinya sudah terlalu lelah badannya sudah terlalu payah, tapi kalau dengan keteguhan hati , ia terus berjalan dan terus berjalan. Akhirnya sampailah di tempat tujuan di Desa Belawa.
Langkah yang sudah lemah bersemangat kembali setelah kakinya mulai melangkah ke tempat di mana Syeh datuk Putih berada.


Jaka Saliwah memasuki lokasi perguruan dan ia langsung memberi salam : "Assalamualaikum Wr. Wb"
Waalaikum salam jawab para santri dan Syeh datuk Putih. Silahkan masuk anaku. Ucap Syeh Datuk putih Jaka Saliwah masuk dan langsung berjabatan tangan pertama kepada Syeh Datuk Putih selanjutnya ke para santri yang ada di sana.
Jaka Saliwah agak juga ada rendah diri tatkala para santri menatap muikanya yanga ada kelainan itunamun ia berusaha tabah dan percaya diri.Subhan Allah mudah-mudahan saya diberi ketabahan.
Mudah-mudahan Allah akan memberikan Hidayahnya kepada hambanya yang begini keadaanya.
Syeh Datuk putih memakluminya Jaka Saliwah yang baru hadir ini pun disana tapi ia belajar mengaji disini.
Jaka Saliwah menceritakan masalah dirinya dari awal sampai akhir, upaya yang sudah dilakukan orang tuanya kesana kemari untuk menyembuhkan wajahnya yang dua rupa (warna) selalu mendapat kegagalan.
Mohon dengan hormat kepada guru / Syeh Datuk Putih bisa menyembuhkanya . Wajahku sama dengan yang lain.
Syeh Datuk Putih mendengar pernyataan Jaka Saliwah Beliau hanya mengangguk anggukan kepala.
Lama-lama beliau bersabda : “Jaka Saliwah itu sudah suratan takdir Illahi kita hanya bisa terima dengan keikhlasan namun Allah Maha Kuasa Allah Maha Pengasih dan Penyayang“.
Allah akan memberikan/ mengabulkan Do’a kita andaikan tak henti-hentinya kita memohon dan berdo’a.
Allah akan memberikan muzi’zat kalau Allah menghendakinya.


Maka dari itu Jaka Saliwah rajinlah engkau membaca Ayat Suci Alqur’an, shalat malam,berzikir dan berpuasa mudah-mudahan do’amu akan terkabul dan mulai sekarang engaku harus memulainya.
Tuh disana diatas pelataran batu / wadas yang rata dekat sumur kecil dipinggir kolam.
Jalan kan perintah ini baik-baik dan diiringi rassa ikhlas berserah diri kepada Illahi.
Juga Bapak selaku pembina di sini akan ikut membantu agar keinginanmu terkabul.Amiiin.
Jaka Saliwah selalu menurut atas perintah Syeh Datuk Putih rajin Sholat Fardu juga sholat sunnah, baca Alqur’an dan berzkir.
Berhai-hari, berminggu-minggu dan dari bulan ke bulan dilakoninya. Namun perubahan kulit mukanya belum ada tanda-tanda perubahan.
Ia selalu menatap wajahnya di atas permukaan air sumur dekat batu temapat ia berzikir belum membuahkan hasil.
Hampir Jaka Saliwah putus asa lebih baik aku “mati“ dari pada seumur hidup jadi tontonan orang, jadi cemoohan anak-anak dan tak terasa air matanya membasahi pipi.
Ya Allah apa yang harus dilakukan ya Allah
Hanya Engkaulah yang yang aka memberikan hidayah kepada hambanya.
Ya Allah sembuhkanlah saya ! Ya Allah sembuhkanlah saya. Ya Allah mulutnya komat-kamit menahan sedih.
Dia duduk bersimpuh berdo’a dan berdo’a
Dia pasrah diri linangan air mata terus membasahi kedua belah pipinya
Dan dengan air mata yang berlinang-linang ia raih kiab suci Alqur’an yang ada di depan lutunya. Pendek kata timbulah rasa gundah gulana dan rasa marah dan kesal yang semula kitab suci yang jadi panuan menjadi benda yang sangat di benci karena kecewa keiinginnya tidak terkabulkan.

Jaka saliwah tidak sadar lembaran ayat suci Alqur’an ia sobek-sobek menjadi puluhan ratusan sobekan dan ia remas-remas dan dengan hati yang jengkel ia lemparkan ke kolam yang jernih airnya.
Sobekan kertas ayat suci Alqur’an bagai perahu yang sedang berlayar di lautan di tiup angin sumilir bagai perahu kecil melaju ke timur, barat ke utara dan seterusnya.
Jaka Saliwah menangis meratapi dirinya dan dia menutup mukanya dengan kedua belah tangannya.
Berilah saya muzizat ya Allah hanya kepadamulah aku memohon.
Dan apa yang terjadi dia bangun melangkahkan kakinya untuk pulang ke desanya, tetapi ia merasa aneh kertas yang tadi terapung dipermukaan air kolam tidak ada satu pun dan yang dia lihat di atas air berpuluh-puluh hewan-hewan kecil berenang suka ria kesana kemari.
Jaka Saliwah merasa takjub oh mungkin hewan ini berasal dari sobekan kertas dari lembaran Qur,an yang saya lemparkan tadi. Kalau begitu hewan-hewan yang kecil-kecil ini di beri nama “Kura-kura , sebab Allah telah menciptakan dari sobekan Qur’an.
Jaka Saliwah lalu berdiri dan dia melihat wajahnya di permukaan air, ia merasa kaget. Alhamdulillah ya Allah mukaku tidak dua warna lagi , mukaku sekarang seperti temen-teman yang lain.
Langsung Jaka Saliwah sujud syukur Ya Allah“ Kauniamu“ begitu besar Alhamdulillah segala do’a ku telah terkabul.
Itulah akhir dari riwayat Cikuya


Habitat Kura-kura Belawa adalah di perairan tawar terutama di daerah pegunungan. Untuk hidup sehari-hari ia lebih menyukai hidup di air yang berlumpur, namun untuk perkembangbiakannya ia bertelur di darat.
Keberadaan Kura-kura Belawa selama ini dilindungi oleh mitos yaitu barangsiapa yang membawa Kura-kura Belawa keluar dari Desa Belawa, maka akan mendapat musibah. Sedangkan untuk menjaga kelestarian Kura-kura Belawa, Pemerintah Kabupaten Cirebon telah mengeluarkan Surat Keputusan Bupati No. 522.51 Tahun 1993 Tentang Flora dan Fauna Khas Cirebon dan Peraturan Daerah No. 13 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang didalamnya menetapkan Desa Belawa sebagai kawasan Suaka Margasatwa. Dan berdasarkan SK Bupati tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Dinas Pariwisata dan Taman Safari Indonesia untuk memfasilitasi usaha pelestarian Kura-kura Belawa, diantaranya: pembenahan dan pembuatan tembok keliling kolam pemeliharaan, mengadakan penelitian ilmiah tentang Kura-kura Belawa, studi banding untuk usaha penangkaran dan lain sebagainya.
Namun sejak bulan Februari 2010, banyak Kura-kura Belawa yang mati secara tiba tiba. Lebih dari 300 ekor kura-kura belawa mati secara bertahap. Tak hanya tukik, kura-kura dewasa bahkan kura-kura raksasa tak bisa bertahan hidup. Enam diantaranya merupakan kura-kura yang berusia 100 hingga 150 tahun. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon bekerjasama dengan Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon melakukan kunjungan lapang dan mengambil sampel Kura-kura Belawa yang sakit untuk diperiksa secara laboratoris.
Dari pengamatan gejala klinis di lapangan, diketahui bahwa tempurung  berlubang, luka (borok) dan terdapat bercak merah pada tubuh serta tidak mau makan.
Setelah dilakukan pemeriksaan secara laboratoris, di deteksi terdapat jamur jenis Saprolegnia sp dan Bakteri jenis Edwardsiella tarda (HPIK golongan II) dan Aeromonas veronii

Dapat dilihat gejala klinis pada gambar sebagai berikut:


Gb 1. Lubang pada tempurung.                  Gb 2.Luka pada tubuh.
Gb 3.Borok pada kaki.                                Gb 4. Hati berwarna pucat.
Gb 5. Kura kura yang mati dan diawetkan  Gb 6. Kura kura yang berumur ratusan tahun.

 Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoris tersebut, maka Stasiun Karantina Ikan Kelas II Cirebon telah merekomendasikan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon berupa :

· Memperbaiki manajemen kualitas air pemeliharaan dengan cara men-treatment air sebelum masuk ke kolam pemeliharaan
· Melakukan pengelolaan kesehatan Kura-kura Belawa dengan pemberian Vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh (kekebalan) dan melakukan karantina terhadap Kura-kura Belawa yang sakit
·  Melakukan pengeringan dan pengapuran pada kolam pemeliharaan.

Upaya penyelamatan fauna khas Cirebon ini telah dilakukan secara optimal oleh berbagai pihak terkait termasuk oleh masyarakat sekitar. Sampai tanggal 27 Maret 201, Kura-kura Belawa yang sedang dikarantina oleh masyarakat setempat di kolam pemeliharaan yang lain hanya berjumlah 12 ekor untuk ukuran dewasa, tukik sekitar 50 ekor dan telur sekitar 45 butir.
 Harapan semua pihak semoga Kura-kura Belawa yang masih tersisa dapat terus hidup agar kelestariannya dapat tetap terjaga dan keberadaannya sebagai fauna khas Cirebon tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

 

Berdasarkan berita Antara  Jawa Barat pada tanggal 13 Januari 2014 disebutkan:
Antarajawabarat.com,13/1 - Pelestarian kura-kura Belawa terus diupayakan oleh warga Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, akibat jumlahnya semakin berkurang.
"Pelestarian kura-kura di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus berkurang setelah terserang penyakit mematikan," kata Dayat salah seorang penjaga kolam kura-kura Belawa di Cirebon, Minggu.
Dikatakannya, sebelumnya jumlah kura-kura Belawa sekitar 1000 ekor, bahkan ada yang berusia diatas 100 tahun, akibat serangan jamur kini tersisa 200 ekor.
Ia menambahkan, pelestarian kura-kura diharapkan bisa mengembalikan kehidupan mereka, selain itu jumlahnya kembali stabil sehingga mampu mendongkrak wisatawan.
Berkurangnya jumlah kura-kura, kata dia, pengunjung kolam Belawa menurun, padahal hewan tersebut kebanggan masyarakat Kabupaten Cirebon karena sudah dipeliharan ratusan tahun.
Sementara itu Hasan salah seorang pengunjung di tempat wisata kolam kura-kura Belawa mengaku, jumlah kura-kura semakin berkurang, sehingga kurang menarik perhatian pengunjung.
"Pelestarian kura-kura diharapkan bisa mengambalikan populasi mereka, sehingga tempat wisata di Kabupaten Cirebon tersebut tetap menjadi perhatian,"katanya.
  Menurut salah seorang pengurus di objek wisata tersebut, Dayat (40), jumlah pengunjung yang melancong ke objek wisata tersebut tidak lebih dari 25 orang dalam satu pekan. Kondisi tersebut sangat berbeda jauh dengan kondisi sebelum 2010 yang mampu menyedot pengunjung hingga ratusan orang dalam satu pekan.
“Kalau sekarang pengunjungnya sepi, beda sebelum kejadian 2010 lalu. Bisa dilihat, saat akhir pekan saja pengunjung bisa dihitung dengan jari, jarang sekali rombongan hanya beberapa motor yang terparkir. Sangat diperlukan sekali perhatian pemerintah berupa promosi objek wisata kura-kura yang hanya terdapat di Desa Belawa ini. Kura-kura ini kan setidaknya menjadi ciri khas Cirebon,” ungkap Dayat saat ditemui di objek wisata Kura-kura Belawa, Desa Belawa Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, Minggu (15/7).
Padahal, dikatakan Dayat, jarak dari pusat Kabupaten Cirebon ke objek wisata tersebut hanya sekitar 20 kilometer atau bisa ditempuh sekitar 1,5 jam menggunakan sepeda motor dengan kecepatan normal. Saat disinggung mengenai tarif yang dipatok pengelola kepada setiap pengunjung, diungkapkan Dayat, pengunjung hanya dikenakan tiket masuk sebesar Rp 2.000. Akan tetapi, dari besaran tarif tersebut, pengunjung seakan masih merasa keberatan.
“Banyak pengunjung yang seakan ngedumel (ngomel) datang ke objek wisata ini hanya melihat air dalam kolam saja, seakan tidak ada kura-kura langka yang digembor-gemborkan. Padahal, kura-kura Belawa itu memang ada di sini,” katanya.
Diakui pula oleh pengunjung yang ditemui di lokasi objek wisata, Johari (27). Dirinya merasa kecewa tidak bisa melihat kura-kura langka yang menjadi ciri khas Cirebon itu. “Mungkin jumlahnya yang sedikit, jadi tidak bisa sewaktu-waktu kita melihat kura-kura ini. Kalau dulu kan saat jumlahnya masih banyak, sewaktu-waktu kita bisa melihat kura-kura jenis ini,” katanya.
Namun, untuk mengurangi rasa kekecewaannya itu, Johari yang saat itu berkunjung bersama keluarganya mengunjungi Museum Kura-kura Belawa yang masih terletak di dalam kompleks objek wisata. Di museum kura-kura Belawa itu, pengunjung bisa melihat kura-kura Belawa yang berhasil diawetkan. Dengan demikian, pengunjung masih bisa melihat fisik kura-kura Belawa secara nyata. “Untungnya ada museum kura-kura Belawa, jadi kita bisa mengetahui fisik kura-kura ini,” ungkap Johari.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kura-kura Belawa adalah hewan endemik Cirebon. Kura-kura Belawa mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kura-kura yang ada di Indonesia pada umumnya. Membedakan usia kura-kura ini mampu dilihat dari warna tempurungnya. Kura-kura yang berusia kurang dari 40 tahun, tempurungnya keabu-abuan. Sedangkan kura-kura yang berumur lebih dari 40 tahun, kulitnya hitam polos dengan tempurung cekung. Berat kura-kura pada usia ini bisa
mencapai 15 hingga 50 kilogram.

Ciri fisik lainnya yang paling menonjol dari kura-kura ini yakni kura-kura ini mempunyai moncong hidung yang panjang. Maka, tidak salah apabila kura-kura ini disebut-sebut sebagai kura-kura yang mempunyai indera penciuman yang tajam.
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=290&lang=id
https://www.facebook.com/permalink.php?id=350783455037765&story_fbid=350832428366201
http://www.pikiran-rakyat.com/node/196041

Tidak ada komentar:

Posting Komentar