Perahu yang digunakan nelayan di daerah sekitar Cirebon berdasarkan bentuknya yang khas pada umumnya terbagi menjadi tiga kelompok:
a. Sampan jenis Mayang, terbuat dari lembaran kayu yang dibentuk dan pada ujung-ujungnya dibuat melengkung ke atas.
b. Sampan yang terbuat dari lembaran kayu, tapi tanpa haluan dan buritan yang dibentuk tersebut.
c. Sampan dari jenis Jukung, yaitu seluruhnya atau sebagian besar terbuat dari batang pohon yang dilubangi dan biasanya dengan sayap.
Nama-nama sampan atau perahu sering mengalami kerancuan, jadi kadang-kadang sampan yang sama tapi disebut berbeda di daerah tetangganya yang lain. Nama yang diberikan kepada perahu dari jenis Mayang adalah Mayang (Mayangan, Permajangan), Bese, Konting, Menting, Kolek, Kolekan, Potik dan lain-lain. Sedangkan perahu yang jenis kedua di Cirebon namanya adalah: Bingkung (ukurannya sama bear dengan type Mayang). Untuk perahu jenis Jukung, di Cirebon disebut juga dengan nama Compreng.
Nelayan biasanya mencari ikan dengan cara memancing atau sesuatu yang sebanding, seperti menjaring. Untuk mendapatkan ikan yang besar yang digunakan adalah jaring laut terbuka (Payang) atau jaring yang sebanding sesuai dengan ukuran tangkapan yang diharapkan. Jaring ini terdiri dari perangkap dengan dua sisi mengapung dan pemberat yang diperlukan, dan secara keseluruhan diikat bertautan; hanya ujung perangkap kadang-kadang terbuat dari Lawe atau rami, atau, pada saat mencari ikan yang lebih kecil semacam "ikan teri" (Engraulis) yang digunakan jala khusus semacam tukol atau dogol yang rumit yang disebut waring. Selain menangkap ikan dengan Payang, kadang digunakan 'Penter' atau 'Tendak', yaitu daun kelapa yang panjang yang diikat tali dan di salah satu ujungnya yang lain diikat ke bambu yang terapung dan dengan cara ini ikan akan bersembunyi di daun kelapa sehingga terjebak. Bilamana alat ini tidak digunakan, para pencari ikan akan menyelam untuk mendeteksi keberadaan ikan yang berkumpul. Jenis Payang kecil disebut Payang Cantrang atau Jaring Potol yaitu jaring seperti payang tetapi dengan jerat yang lebih kecil dan waring terbuat dari bahan katun, biasanya digunakan di tempat-tempat dangkal dan terutama dekat pantai dan dikenal dengan nama Krakat, Rompek, Bondet dll. Sudah sangat umum nelayan Cirebon pada masa dulu menggunakan jaring-jaring (Jaring Melayang atau Jaring Berdiri), menggunakan benang dari lawe atau rami, jaring diikat tanpa karung, untuk menangkap ikan yang berseliweran.
Jenis-jenis jala yang biasa digunakan oleh para nelayan dalam mencari ikan di laut adalah Jaring Lempar (Jala atau dalam bahasa Babasannya adalah Jambet), Jaring Angkat (Anco, brandfang), Jaring Dorong (Waring) dan Jaring Serok (Seser) dan lain-lain. Waring biasanya digunakan untuk menangkap udang rebon di sepanjang pantai sebagai bahan untuk membuat terasi.
Gambar perahu type Mayang pada tanggal 7 Desember 1917
Gambar perahu type Bingkung sedang bersandar di pantai Mundu pada tanggal 12 Desember 1917. Desa Mundu berjarak lima pal ke arah timur Cirebon. Sampan ini diproduksi di desa Gebang yang juga terletak di sebelah timur Cirebon. Mereka menghabiskan waktu dan biaya sekitar 300 gulden untuk membuat perahu ini.
Perahu type Jukung Besar
Perahu type Jukung Sedang
Perahu type Jukung Kecil pada tanggal 5 September 1905
Perahu type Jukung Besar pada tanggal 5 September 1905
Perahu type Bingkung pada tanggal 5 September 1905
Perahu type Bingkung pada tanggal 5 September 1905
Perahu type Bingkung pada tanggal 5 September 1905
Perahu type Konting pada tanggal 5 September 1905
Aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Cirebon pada tanggal 16 Oktober 1947
Kantor Pelabuhan di komplek pelabuhan Cirebon yang tidak sempat mengalami kerusakan akibat Perang Revolusi, foto pada tanggal 27 Juli 1947.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar